SUMUT METRO | MEDAN
Sulitnya Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi di kawasan Belawan, membuat para nelayan terpaksa membeli secara eceran meskipun seharga Rp 7000 – Rp 7500/liter.
Hal itu diungkapkan Ketua Dewan Pimpinan Daerah Kesatuan Nelayan Tradisonal Indonesia (DPD KNTI) Kota Medan, Mhd. Isa Albasir,. kepada wartawan, Rabu (11/11/2020).
Isa mengatakan, dalam kurun 5 tahun terakhir, para nelayan tradisional khususnya di Bagan Deli, sulit mendapatkan BBM bersubsidi.
Akibatnya, para nelayan tradisional pun mengeluh.
Padahal kata Isa, sedikitnya ada 7 Stasiun Pengisian Bahan bakar Nelayan (SPBN) di Belawan, namun hanya dua aktif.
Meski masih menyisakan 2 SPBN, namun para nelayan tradisional sulit mendapatkan BBM bersubsidi untuk kebutuhan melaut.
“Cobalah kita hitung, harga BBM normal bersubsidi Rp.5.150. Sedangkan harga eceran bisa mencapai harga Rp.7.500 perliter. Jadi ada perbedaan sekitar Rp.2.350,” terangnya.
Oleh karena itu, Isa Albasir berharap agar pemerintah segera mengaktifkan seluruh SPBN yang ada di Belawan guna memenuhi kebutuhan para nelayan tradisional.
“Kami sudah berulang kali menyurati pertamina. Tapi tak pernah mendapat tanggapan sama sekali,” terangnya sembari berharap kasus langkahnya BBM tersebut agar menjadi perhatian serius pemerintah pusat. (SM-VERA)