
SUMUT METRO | BLANGPIDIE
Seorang Karyawati sebuah Bank milik BUMN di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) berinisial RS yang kabur karena diduga menggelapkan milyaran rupiah uang Nasabah akhirnya ketangkap dirumah kontrakanya di Aceh Tengah.
Penangkapan RS dilakukan setelah personel Polres Abdya melacak signal handphone RS yang bersembunyi di salah satu rumah kontrakan di Gampong Blang Bebangka, Kecamatan Pegasing, Aceh Tengah, Sabtu (4/7/2020).
“RS digerebek di rumah kontrakan di Kawasan Pegasing Aceh Tengah,” ujar
Kapolres Abdya, AKBP Muhammad Nasution SIK melalui Kasat Reskrim Polres Abdya, AKP Erjan Dasmi STP kepada wartawan, Minggu (5/7/2020).
Setelah mengamankan RS, petugas pun turut membawa seorang sepupunya ke Polres Abdya untuk dimintai keterangan.
“Kita tidak tahu apakah sepupunya ini ikut terlibat atau tidak, namun mereka berdua ini harus kita minta keterangan,” ungkapnya.
Menurutnya, jika dalam pemeriksaan nantinya oknum sepupu itu tidak terlibat dalam kasus tersebut, maka akan dilepaskan.
Erjan menyebutkan, sebelum melarikan diri ke Gampong Blang Bebangka, Kecamatan Pegasing, Aceh Tengah itu, sebelumnya RS bersama ibunya pergi ke Sumatera Barat untuk melihat mertuanya yang sakit.
Selanjutnya, RS memilih mengasingkan diri ke Aceh Tengah, sementara ibu kandungnya pulang ke Abdya.
“Sejauh ini kita belum mendapatkan nilai total, tapi memang miliaran rupiah,” sebutnya.
Sementara dalam pemeriksaan, RS mengaku memutarkan uang nasabah itu.
“Karena terlalu besar kasih hadiah, jadi pusing sendiri dia, gak sanggup nutup. Itu masih informasi awal,” jelasnya.
Sebagaimana diketahui sebelumnya, seorang karyawan salah satu Bank milik BUMN di Abdya dikabarkan membawa kabur uang nasabah.
Tak tanggung-tanggung, RS kabarnya berhasil membawa kabur uang nasabah mencapai Rp 6 miliar lebih.
Dimana modus yang dilakukan RS, bermacam-macam.
Ada yang menawarkan bunga besar, hingga memberikan hadiah langsung kepada calon nasabah yang ingin menabung dan melakukan deposito di Bank tersebut.
Tak hanya itu, kabarnya target calon nasabah yang diincarnya adalah bapak-bapak dan para pengusaha dan pedagang kelas kakap.
Menurut salah seorang pengusaha mengaku sudah memberikan kepercayaan penuh terhadap RS.
Uang miliknya yang dibawa kabur oleh RS mencapai Rp 2 miliar lebih.
Bahkan, ada salah seorang warga Blangpidie bernam Yakob hampir saja naas atas akal bulus RS.
“Iya alhamdulillah, saya hampir tertipu dengan RS ini. Dia janji memberikan sepeda motor N-Max kalau saya mau deposito uang Rp 1 miliar selama 1 tahun,” ujar Yakob.
Bukan saja N-Max, Yakob menyebutkan, jika bersedia mendeposito uang Rp 1 miliar selama satu tahun akan diberikan bunga mencapai 7 persen.
“Saya mulai curiga, kalau pun ada uang, mana mungkin ada pegawai Bank gajinya terbatas, mau memberikan sepeda motor cuma-cuma, kalau tidak tujuan, merayu kita. Maka, tawaran itu saya tolak, sehingga saya beri alasan uang sawit belum cair,” kata pengusaha sawit tersebut.
Sementara itu, salah seorang keluarga Nasabah, Nurul mengaku menjadi salah seorang korban dari beberapa nasabah yang ditipu oleh RS.
Ia mengaku, kasus menimpa keluarganya berbeda dengan nasabah lain. Kalau nasabah lain, diiming-iming diberikan hadiah, namun dirinya uang dibawa kabur pasca peralihan Bank konvesional ke Bank Syariah.
“Iya, mereka kan ada fasilitas layanan khusus atau pick up. Layanan pick up ini, kita tidak perlu ke Bank lagi, mereka yang ambil uang ke rumah,” ujar Nurul.
Uang setoran sebesar Rp 100 juta itu, tambahnya, diserahkan pada RS pada 8 Juni 2020, sekira Pukul 9.00 WIB.
Sayangnya, lanjutnya, hingga 15 Juni 2020 atau seminggu diserahkan uang, buku rekening dan setoran, tak kunjung diberikan, sehingga dirinya pun berinisiatif mendatangi CS tempat RS bekerja.
“Saat saya chek, saldo masih seperti sebelumnya, tak ada penambahan.Sehingga malamnya saya hubungi beliau, anehnya dia mengaku uang sudah disetor, padahal jelas-jelas, CS mengatakan uang belum masuk,” ungkapnya.
Merasa aneh, Nurul melaporkan kasus itu ke pimpinan cabang tempat RS bekerja.
Mengingat pengakuan RS berbeda, dengan print rekening koran yang diminta kepada CS.
“Setelah saya bilang sudah saya chek dan tidak kamu setor, RS malah salahin teller, dan mengaku uang itu tidak disetor teller, dan uang itu masih di dalam laci miliknya,” katanya.
Tak sampai disitu, Nurul terus berupaya menumpuh jalur kekeluargaan dan meminta uang Rp 100 juta itu dikembalikan, dan tidak perlu disetor ke rekening milik ayahnya.
“Saya sempat nangis, dan meminta dikembalikkan saja uang saya secara cash. Bahkan, saat ditelpon, dia mencoba menyakinkan saya, seolah-olah uang itu sedang dilakukan pengiriman,” ujarnya.
Namun, kata Nurul, hingga keesokan, pada tanggal 16 Juni, uang yang dijanjikan tersebut tak kunjung dikirimnya.
Atas laporan para korban kepada polisi, akhirnya RS pun berhasil diamankan petugas. (SM-YAN)