SUMUT METRO | JAKARTA
Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA mengajak guru madrasah dan pesantren untuk menyebarkan Islam yang toleran.
Adapun hal itu ia sampaikan saat memberikan ceramah kunci pada Program Internasional Peningkatan Kapasitas Guru Madrasah dan Pesantren untuk Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) yang digelar oleh Masjid Istiqlal dan Institut Leimena.
“Saya ingin guru madrasah menjadi contoh bagi guru-guru lain. Bagaimana caranya, dengan mendeklarasikan kepada anak-anak didik kita bahwa sejak semula Al Quran mentoleransi perbedaan,” kata Nasaruddin dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (27/11/2021).
Menurut Nasaruddin, guru sewajarnya memiliki filosofi yang utuh dalam memandang perbedaan sebagaimana Al Quran terbuka dan mengakui agama-agama lainnya.
Menurut dia, umat Islam wajib meyakini agamanya terbaik, namun jangan sampai melarang orang yang berbeda untuk berkeyakinan sama.
“Saya mengakui agama Islam paling baik, paling benar, itu ada ayatnya. Tapi jangan melarang orang lain berkeyakinan sama. Agama Protestan paling baik, monggo. Tapi jangan kita saling mengusik,” ujarnya.
Nasaruddin menuturkan, sangat jarang kitab suci secara eksplisit memberikan pengakuan terhadap agama lain. Namun, Al Quran justru menyebut agama Nasrani dan Yahudi dan aliran kepercayaan Majusi.
Dia menjelaskan sebutan orang kafir dalam surat Al Kafirun bukan merujuk kepada umat beragama lain termasuk Nasrani atau Yahudi, melainkan para penyembah berhala.
Al Quran, tambah Nasaruddin, memiliki empat terminologi tentang penyembah, sehingga perlu berhati-hati dalam memahami maknanya agar tidak mudah mengkafirkan orang lain.
“Jangan mengatakan yang dimaksud (surat Al Kafirun) adalah Nasrani atau Yahudi. Bukan. Jadi jangan alergi terhadap agama Nasrani dan Yahudi,” kata Nasaruddin sembari menyebutkan jangan alergi dengan Nabi Isa yang di sana disebut Yesus Kristus atau Nabi Musa yang di sana disebut Moses. (SM-Kompas)